Motor bakar
adalah salah satu jenis dari mesin kalor, yaitu mesin yang mengubah energi
termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah tenaga kimia bahan bakar
menjadi tenaga mekanis. Energi diperoleh dari proses pembakaran, proses
pembakaran juga mengubah energi tersebut yang terjadi didalam dan diluar mesin
kalor (Kiyaku dan Murdhana, 1998)
Motor bakar
dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam. Adapun klasifikasi motor bakar
adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan Sistem Pembakarannya
a). Mesin pembakaran dalam
Mesin pembakaran dalam atau
sering disebut sebagai Internal
Combustion Engine (ICE), yaitu dimana proses pembakarannya berlangsung di
dalam motor bakar itu sendiri sehingga gas pembakaran yang terjadi sekaligus
berfungsi sebagai fluida kerja.
b). Mesin pembakaran luar
Mesin pembakaran luar atau sering disebut sebagai Eksternal Combustion Engine (ECE) yaitu
dimana proses pembakarannya terjadi di luar mesin, energi termal dari gas hasil
pembakaran dipindahkan ke fluida kerja mesin.
2.
Berdasarkan Sistem Penyalaan
a). Motor bensin
Motor bensin dapat juga
disebut sebagai motor otto. Motor tersebut dilengkapi dengan busi dan
karburator. Busi menghasilkan loncatan bunga api listrik yang membakar campuran
bahan bakar dan udara karena motor ini cenderung disebut spark ignition engine. Pembakaran bahan bakar dengan udara ini
menghasilkan daya. Di dalam siklus otto (siklus ideal) pembakaran tersebut
dimisalkan sebagai pemasukan panas pada volume konstan.
b). Motor diesel
Motor diesel adalah motor
bakar torak yang berbeda dengan motor bensin. Proses penyalaannya bukan
menggunakan loncatan bunga api listrik. Pada waktu torak hampir mencapai titik
TMA bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar. Terjadilah pembakaran pada
ruang bakar pada saat udara udara dalam silinder sudah bertemperatur tinggi.
Persyaratan ini dapat terpenuhi apabila perbandingan kompresi yang digunakan
cukup tinggi, yaitu berkisar 12-25. (Arismunandar. W, 1988)
Proses Pembakaran
Secara umum pembakaran didefinisikan sebagai reaksi kimia atau reaksi
persenyawaan bahan bakar oksigen (O2) sebagai oksidan dengan
temperaturnya lebih besar dari titik nyala. Mekanisme pembakarannya sangat
dipengaruhi oleh keadaan dari keseluruhan proses pembakaran dimana atom-atom
dari komponen yang dapat bereaksi dengan oksigen yang dapat membentuk produk
yang berupa gas. (Sharma, S.P, 1978).
Untuk memperoleh daya maksimum dari suatu operasi hendaknya komposisi gas
pembakaran dari silinder (komposisi gas hasil pembakaran) dibuat seideal
mungkin, sehingga tekanan gas hasil pembakaran bisa maksimal menekan torak dan
mengurangi terjadinya detonasi. Komposisi bahan bakar dan udara dalam silinder
akan menentukan kualitas pembakaran dan akan berpengaruh terhadap performance mesin dan emisi gas buang.
Sebagaimana telah diketahui bahwa bahan bakar bensin mengandung unsur-unsur
karbon dan hidrogen.
Terdapat 3 (tiga) teori mengenai pembakaran
hidrogen tersebut yaitu :
a. Hidrokarbon terbakar bersama-sama dengan
oksigen sebelum karbon bergabung dengan oksigen.
b. Karbon terbakar lebih dahulu daripada
hidrogen.
c. Senyawa hidrokarbon terlebih dahulu
bergabung dengan oksigen dan membentuk senyawa (hidrolisasi) yang kemudian dipecah secara terbakar. (Yaswaki, K,
1994).
Dalam sebuah mesin terjadi beberapa tingkatan pembakaran yang digambarkan
dalam sebuah grafik dengan hubungan antara tekanan dan perjalanan engkol.
Berikut adalah gambar dari grafik tingkatan pembakaran :
Gambar 2.6. Tingkat pembakaran dalam
sebuah mesin
(Maleev.V.L, 1995)
Proses atau
tingkatan pembakaran dalam sebuah mesin terbagi menjadi empat tingkat atau
periode yang terpisah. Periode-periode tersebut adalah :
1. Keterlambatan pembakaran (Delay Periode)
Periode pertama dimulai dari titik 1 yaitu mulai disemprotkannya bahan
bakar sampai masuk kedalam silinder, dan berakhir pada titik 2. perjalanan ini
sesuai dengan perjalanan engkal sudut a. Selama periode ini berlangsung tidak
terdapat kenaikan tekanan yang melebihi kompresi udara yang dihasilkan oleh
torak, dan selanjutnya bahan bakar masuk terus menerus melalui nosel.
2. Pembakaran cepat
Pada titik 2 terdapat sejumlah bahan bakar dalam ruang bakar, yang dipecah
halus dan sebagian menguap kemudian siap
untuk dilakukan pembakaran. Ketika bahan bakar dinyalakan yaitu pada titik 2,
akan menyala dengan cepat yang mengakibatkan kenaikan tekanan mendadak sampai
pada titik 3 tercapai. Periode ini sesuai dengan perjalanan sudut engkol b.
yang membentuk tingkat kedua.
3. Pembakaran Terkendali
Setelah titik 3, bahan bakar yang belum terbakar dan bahan bakar yang masih
tetap disemprotkan (diinjeksikan) terbakar pada kecepatan yang tergantung pada
kecepatan penginjeksian serta jumlah distribusi oksigen yang masih ada dalam
udara pengisian. Periode inilah yang disebut dengan periode terkendali atau
disebut juga pembakaran sedikit demi sedikit yang akan berakhir pada titik 4
dengan berhentinya injeksi. Selama tingkat ini tekanan dapat naik, konstan
ataupun turun. Periode ini sesuai dengan pejalanan engkol sudut c, dimana sudut
c tergantung pada beban yang dibawa beban mesin, semakin besar bebannya
semakin besar c.
4. Pembakaran pasca (after burning)
Bahan bakar sisa dalam silinder ketika penginjeksian berhenti dan akhirnya
terbakar. Pada pembakaran pasca tidak terlihat pada diagram, dikarenakan
pemunduran torak mengakibatkan turunnya tekanan meskipun panas ditimbulkan oleh
pembakaran bagian akhir bahan bakar.
Dalam pembakaran hidrokarbon yang biasa tidak akan terjadi gejala apabila
memungkinkan untuk proses hidrolisasi.
Hal ini hanya akan terjadi bila pencampuran pendahuluan antara bahan bakar
dengan udara mempunyai waktu yang cukup sehingga memungkinkan masuknya oksigen
ke dalam molekul hidrokarbon. (Yaswaki. K, 1994)
Bila oksigen dan hidrokarbon tidak bercampur dengan baik maka terjadi
proses cracking dimana akan
menimbulkan asap. Pembakaran semacam ini disebut pembakaran tidak sempurna. Ada
2 (dua) kemungkinan yang terjadi pada pembakaran mesin berbensin, yaitu :
a. Pembakaran normal
Pembakaran normal terjadi bila
bahan bakar dapat terbakar seluruhnya pada saat dan keadaan yang dikehendaki. Mekanisme
pembakaran normal dalam motor bensin dimulai pada saat terjadinya loncatan bunga
api pada busi, kemudian api membakar gas bakar yang berada di sekitarnya
sehingga semua partikelnya terbakar habis. Di dalam pembakaran normal,
pembagian nyala api terjadi merata di seluruh bagian. Pada keadaan yang
sebenarnya pembakaran bersifat komplek, yang mana berlangsung pada beberapa phase. Dengan timbulnya energi panas,
maka tekanan dan temperatur naik secara mendadak, sehingga piston terdorong
menuju TMB. Pembakaran normal pada motor bensin dapat ditunjukkan pada (gambar
grafik 2.7) dibawah sebagai berikut :
Gambar 2.7. Pembakaran campuran
udara-bensin dan
perubahan tekanan didalam silinder
(Toyota Astra Motor, 1996) Jakarta
Gambar grafik di atas dengan jelas memperlihatkan hubungan
antara tekanan dan sudut engkol, mulai dari penyalaan sampai akhir pembakaran.
Dari grafik di atas
dapat dilihat bahwa beberapa derajat sebelum piston mencapai TMA, busi
memberikan percikan bunga api sehingga mulai terjadi pembakaran, sedangkan lonjakan
tekanan dan temperatur mulai point 2, sesaat sebelum piston mencapai TMA, dan
pembakaran point 3 sesaat sesudah piston mencapai TMA.
b. Pembakaran tidak normal
Pembakaran tidak normal terjadi bila
bahan bakar tidak ikut terbakar atau tidak terbakar bersamaan pada saat dan
keadaan yang dikehendaki. Pembakaran tidak normal dapat menimbulkan detonasi (knocking) yang memungkinkan timbulnya gangguan dan kesulitan-kesulitan pada
motor bakar bensin. Fenomena-fenomena yang menyertai pembakaran
tidak sempurna, diantaranya :
1.
Detonasi
Seperti
telah diterangkan sebelumnya, pada peristiwa pembakaran normal api menyebar
keseluruh bagian ruang bakar dengan kecepatan konstan dan busi berfungsi
sebagai pusat penyebaran. Dalam hal ini gas baru yang belum terbakar terdesak
oleh gas yang sudah terbakar, sehingga tekanan dan suhunya naik sampai mencapai
keadaan hampir terbakar. Jika pada saat ini gas tadi terbakar dengan
sendirinya, maka akan timbul ledakan (detonasi)
yang menghasilkan gelombang kejutan berupa suara ketukan (knocking noise)
2.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya Detonasi
Pada
lapisan yang telah terbakar akan berekspansi. Pada kondisi lapisan yang tidak
homogen, lapisan gas tadi akan
mendesak lapisan gas lain yang belum terbakar, sehingga tekanan dan suhunya
naik. Bersamaan dengan adanya radiasi dari ujung lidah api, lapisan gas yang
terdesak akan terbakar tiba-tiba. Peristiwa ini akan menimbulkan letupan
mengakibatkan terjadinya gelombang tekanan yang kemudian menumbuk piston dan
dinding silinder sehingga terdengarlah suara ketukan (knocking) yaitu yang disebut dengan detonasi. Hal-hal yang
menyebabkan terjadinya detonasi antara
lain sebagai berikut :
a) Perbandingan kompresi yang tinggi, tekanan
kompresi, suhu pemanasan campuran dan suhu silinder yang tinggi.
b) Masa pengapian yang cepat.
c) Putaran mesin rendah dan penyebaran api
lambat.
d) Penempatan busi dan konstruksi ruang bakar
tidak tepat, serta jarak penyebaran api terlampau jauh.
Proses
terjadinya detonasi dapat ditunjukkan pada (gambar 2.8) di bawah :
Gambar 2.8.
Proses terjadinya detonasi
(Arismunandar, 2002)
Gambar di atas
menjelaskan bahwa detonasi (knocking)
terjadi karena bahan bakar terbakar sebelum waktunya. Hal ini terjadi pada saat
piston belum mencapai posisi pembakaran, tetapi bahan bakar telah terbakar
lebih dahulu.
Sumber: Husni Mubarok
Sumber: Husni Mubarok
0 komentar:
Posting Komentar